Cerpen(Tema Gotong Royong) Matahari mulai menampakkan sinar cantiknya dan udara yang terasa begitu menyegarkan. Hingga membuat satu keluarga harimau dihutan ini merasa nyaman dengan bayi kecil nya yang baru berusia kurang lebih 1 tahun. Terlihat wajah ceria senyum sibayi harimau yang bernama Jigo itu.
Cerpen Gotong Royong Kemarau Panjang Meresahkan Hewan Rawa. Illustrated by FreepikDengan bergotong royong, segala pekerjaan akan menjadi lebih ringan. Benar begitu, kan?Agaknya Sobat Guru Penyemangat pasti setuju dengan pernyataan di royong termasuk ke dalam pengalaman sila ke-4 Pancasila, yaitu kemasyarakat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ lambangnya adalah kepala banteng, karena memang hewan tersebut dikenal suka hidup berkelompok alias bagaimana dengan kita? Tentunya di lingkungan keluarga, sekolah, hingga masyarakat kita senantiasa bersemangat gotong royong, kan?Berikut dihadirkan seutas cerpen berupa cerita fabel dengan tema gotong royong berjudul “Kemarau Panjang Meresahkan Hewan kita simak yaCerpen Kemarau Panjang Meresahkan Hewan RawaOleh Fahmi Nurdian SyahMusim kemarau yang panjang telah tiba. Kekeringan melanda di mana-mana membuat seluruh tanah menjadi tandus kering. Sementara langit tidak kunjung menampakkan tanda-tanda akan turunnya pun yang hidup akan merasa tersiksa. Tak terkecuali warga rawa-rawa. Semenjak kemarau panjang lompatan si Katak menjadi tak selincah Cacing yang bersusah-payah dalam menggali tanah dan si Badak merasakan tubuhnya yang panas karena kulitnya yang tebal tak bisa berendam di dalam air supaya suhu tubuhnya menjadi kemarau panjang ini, semua nampak merasakan kesusahan. Mereka sangat merindukan hujan. Meskipun merasa kesusahan, tidak ada satu pun di antara mereka yang mengeluh. Karena semua sama-sama memahami jika yang merasakan kesusahan bukanlah dirinya pelopor Rawa, si Badak mengkhawatirkan nasib yang lainnya. Si Badak mendapatkan ide untuk mencari sebuah kolam baru. Keesokan harinya ketika si Katak dan di Cacing masih tertidur pulas, di Badak perlahan berjalan menyusuri pinggiran hutan dan mulai menjauh dari tempat rawa. Siang harinya terdapat seekor Gelatik yang sedang terbang kemudian mendarat di dekat Cacing dan Katak. “Hai kalian, dimana si Badak? aku lapar ingin makan kutu sekaligus membersihkan kulitnya," ucap Gelatik itu. "Aku tidak tahu,” Jawab si Katak. “Semenjak pagi si Badak sudah tidak kelihatan ada di kolam," tambah di Cacing. “Ke mana ya si Badak pergi?” tanya Gelatik penasaran. “Entahlah Aku gak tahu, tapi jika dilihat, memang dia nampak gelisah." Boleh Baca Fabel Si Marmut dan Gong HitamHingga pertengahan siang dan sore hari pun telah tiba, tidak ada tanda-tanda si Badak kembali ke rawa. Cacing, Gelatik dan Katak pun memutuskan untuk mencari keberadaan si Badak. “Badak! Kamu di mana sih?" teriak si Katak yang mulai sibuk mencarinya. Katak, Cacing dan Gelatik telah mencari kesana-kemari tetapi tidak melihat keberadaan Badak. Matahari yang sebentar lagi tenggelam membuatnya untuk kembali ke rawa dan tak lagi mencari keberadaan Badak. Langit telah tampak menggelap, tak lama kemudian muncullah keberadaan Badak di rawa. "Hai Badak, kemana saja kau seharian, kita khawatir dengan keberadaanmu," ucap Katak yang nampak kesal dengan sikap Badak yang pergi tidak bilang dahulu. “Maaf sudah membuat kalian kawatir, tadi aku pergi mencari rawa yang lebih banyak airnya,” jawab Badak. “Kamu gak akan meninggalkan kita ke tempat barukan?” tanya Katak khawatir. “Tidak Kok, justru aku mengkhawatirkan kalian, sudah lama aku tidak melihat Katak melompat dan berenang, Cacing juga kelihatan kesusahan menggali tanah." “Baik sekali kamu sudah memikirkan kita. Tapi, aku juga yakin kulitmu juga butuh air,‟ Badak hanya tersenyum, memperlihatkan gigi besarnya. “Kemarau tahun ini emang panjang banget." Gajah muncul dari semak-semak. “Gimana kalau kita tambahkan saja air rawa ini?” usul Badak. “Tadi sewaktu mencari rawa baru, aku sempat melewati sungai di dekat bukit. Di sana terdapat air yang masih mengalir meskipun tidak begitu deras.” “Bagus juga idemu. Tapi, bagaimana cara membawa airnya?” Cacing nampak kebingungan. "Hai Gajah, belalaimu kan panjang, bisa untuk menyimpan air," ucap Katak. “Jika hanya Gajah yang bawa air, kapan penuhnya?” ujar Badak. “Gimana kalau kita ke rumah pak Badrus saja? Dia kan menyimpan perkakas bekas, mungkin dia mempunyai panci, ember, atau barang lainnya yang bisa mengangkut air.” ucap Gelatik pun akhirnya sepakat dengan ide Gelatik. Setelah itu mereka pun tidur mempersiapkan tenaga untuk besok. Keesokan harinya, mereka pun berangkat menuju ke rumah Pak Badrus yang letaknya tak jauh dari di sana, mereka dikasih beberapa panci bekas yang ada tambalnya, dan ember yang besar. Hewan-hewan rawa pun berbondong-bondong menuju ke sungai yang berada di kaki bukit. Sesampainya di sana, Katak dan beberapa hewan yang lain langsung mengambil air dan memasukkan ke dalam ember dengan dedaunan. perlahan namun pasti, ember dan panci mulai penuh dengan Baca Fabel Rubah dan Kucing yang CerdikGajah menyedot air sebanyak mungkin, kemudian Badak memikul ember yang di sudah penuh dengan kali mereka bolak-balik mengangkut air dari sungai ke rawa hingga air tersebut cukup untuk beberapa hari ke depan. Setelah seharian mengisi air rawa, Badak dan teman-temannya beristirahat dan menikmati hasil gotong royong melompat dan berenang dengan riang. Cacing menggali tanah dengan mudah. Badak berendam dengan tenang, sementara Gelatik dengan riang memakan kutu dikulit kutu di kulit nampak sangat bahagia, masalah air rawa bisa diselesaikan bersama dan kemarau panjang pun bisa dilewati.~ Selesai ~Nah, demikianlah tadi sajian Guru Penyemangat tentang cerpen gotong moral dari cerita pendek di atas adalah seberat apapun masalah jika kita bergotong royong dalam menyelesaikan masalah maka pasti akan terasa lebih ringan.
Terdapatbanyak kegiatan gotong royong di kalangan masyarakat Betawi selain membangun masjid atau membersihkan lingkungan. Diantaranya yaitu gotong royong bikin dodol, ngubek empang, gotong royong di acara pernikahan dll. Gotong Royong di Acara Pernikahan Pada saat persiapan hajatan pernikahan, kebersamaan dan saling membantu juga masih
Kawasan masjid dipenuhi lumpur akibat ditenggelami banjir ketika tinjauan fotoBernama di Kampung Chenulang hari ini. Kelihatan para penduduk kampung bergotong-royong membersihkan kawasan masjid setelah air surut. - Foto BernamaKUALA KRAI - Selepas dinaiki air kira-kira meter sejak awal pagi semalam, penduduk Kampung Chenulang bersama Kawasan Rukun Tetangga KRT kampung itu serta anggota Jabatan Bomba dan Penyelamat Malaysia JBPM Kelantan bergotong-royong membersihkan masjid kampung berkenaan untuk digunakan Majlis Pengurusan Komuniti Kampung MPKK Chenulang, Mat Jusoh Mat Nor berkata, masjid yang berusia 34 tahun itu memang sentiasa dinaiki air terutama di tingkat bawah yang agak rendah."Setakat yang saya ingat, sekiranya hujan lebat berterusan bahagian tingkat bawah masjid ini akan dinaiki air kerana kedudukan masjid yang terletak di kawasan rendah."Sebelum ini, adakalanya tingkat bawah masjid ini akan dinaiki air sebanyak tiga kali setahun namun kejadian kali ini adalah yang pertama pada tahun ini," katanya ketika ditemui pemberita di sini hari Jusoh berkata, gotong-royong yang melibatkan 31 orang membersihkan masjid hari ini bermula pada jam 10 pagi dan siap sepenuhnya dua jam kampung bergotong-royong membersihkan kawasan masjid setelah air surut akibat ditenggelami banjir ketika tinjauan di Kampung Chenulang hari ini. - Foto BernamaKatanya, walaupun tingkat bawah masjid itu dinaiki air namun beliau bersyukur kerana ia masih mampu digunakan untuk solat Jumaat semalam."Penduduk Kampung Chenulang dan empat kampung lain menggunakan tingkat atas masjid untuk solat Jumaat semalam walaupun terpaksa berhimpit kerana ruang sempit," 29 penduduk daripada lima keluarga di Kampung Chenulang dipindahkan ke pusat pemindahan sementara PPS Sekolah Kebangsaan SK Chenulang selepas kawasan rumah dinaiki air namun kebanyakan mangsa dibenarkan pulang pada hari ini. - Bernama CeritaGotong Royong Dibalik Film Impian 1000 Pulau. Rabu, 3 Oktober 2018 | 19:52 WIB Oleh : Nurlis E Meuko / NEF. Launching Trailer Film Impian 1000 Pulau di Restoran Dapur Solo Panglima Polim Jakarta Selatan, pada Selasa (2/10). (Foto: beritasatu,com) Pada hari sabtu saya ikut gotong royong di lingkungan rumah mengikuti gotong royong itu selama rasa capai di dalam tubuh saya tidak terasa karena gotong royong itu di lakukan secara dalam kegiatan itu, saya bekerja untuk menyapau lingkungan rumah para warga bersama beberapa teman bapak bapak ada yang bertugas membersihkan got, momotong dan pohon yang sudah ibu - ibu membantu anak anak menyapu lingkungan rumah para warga dan ada juga yang menyiapkan air minum dan jawaban yang paling baik ya..... Ceritapagi tadi. gotong royong mingguan setiap pagi Jumaat bermula kul 8.00 pagi. Gambar selesai gotong royong sesi ramah mesra ajk dan masyarakat 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID KKCoeNmVhpre0QpfbVenVDVuaoGGQf3T17wG5QefBUl22YLRUc30uw==
TheJambi Times, KALBAR | Anggota Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonif 144/JY melaksanakan gotong royong Pengecoran teras Masjid An-Nur Ujwala Y
- Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu bangunan peninggalan Kerajaan Cirebon. Bangunan ini juga dikenal dengan nama Masjid Agung Cirebon atau Masjid Sunan Gunung Jati. Pasalnya, Masjid Agung Sang Cipta Rasa memang dibangun pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, tepatnya pada tahun 1498 di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, masjid ini disebut-sebut sebagai masjid tertua di Cirebon. Lebih istimewa lagi, Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu masjid yang dibangun oleh Wali Sanga secara pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun atas prakarsa Sunan Gunung Jati dan dibantu oleh Wali Sanga. Selain itu, beberapa tenaga ahli untuk membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa dikirim oleh Raden Patah dari Demak. Selain Sunan Gunung Jati, anggota Wali Sanga yang berperan besar dalam pembangunan masjid ini adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga memimpin pembangunan dengan arsitek dari Kerajaan Majapahit bernama Raden Sepat. Seperti di Masjid Agung Demak, di masjid ini juga terdapat saka guru tiang utama yang dibuat dari tatal, yaitu pecahan-pecahan kayu berukuran kecil yang disatukan.
PosterMenjaga Kebersihan di Masjid. Selain itu, anda juga bisa selalu membuat saluran air terlihat bersih dengan cara bergotong royong untuk kerja bakti dan membersihkannya secara teratur. Hal tersebut disebabkan saluran air merupakan tempat yang kotor dan banyak sampah yang menumpuk. Oleh sebab otu menjaga kebersihan dari selokan sekolah
Pembangunan masjid di satu daerah, terutama di masa lampau, tidak cuma berkaitan dengan ketersediaan tempat ibadah. Tapi juga sejarah dan semangat warga setempat. Masjid Jami Banjarmasin jadi salah satunya. Masjid bersejarah hasil gotong royong rakyat yang bahu-membahu membuat tempat ibadah sendiri. Masjid Jami Banjarmasin sudah berusia cukup lama. Ia pertama kali dibangun pada 1777. Gaya arsitekturnya merupakan paduan antara corak Timur Tengah, Banjar, dan Hindia Belanda. Di Banjarmasin pada waktu itu, belum ada masjid untuk menampung jamaah. Lalu pemerintah Hindia Belanda berinisiatif menawarkan bantuan. Tapi bantuan tersebut ditolak masyarakat. Mereka sangat tidak menyukai pemerintahan jajahan. Maka masyarakat pun mulai menggalang dana sendiri. Semua kalangan menyumbang, yang tua dan yang muda, yang kaya juga yang miskin. Mereka bergotong royong menyodorkan apa yang bisa mereka sumbangkan. Beberapa jenis pemberian dikumpulkan. Ada yang berupa harta benda, ada juga yang merupakan hasil tani, bahkan tanah. Maka dalam waktu relatif singkat, sumber daya yang dibutuhkan terkumpul. Masjid Jami Banjarmasin beridir di atas tanah seluas dua hektar. Oleh warga setempat, Masjid Jami Banjarmasin tidak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga menjadi tempat menimba ilmu, dan melakukan aktivitas sosial. Masjid tertua kedua di Kalimantan Dari segi waktu pendirian, Masjid Jami Banjarmasin hanya kalah lama dari Masjid Sultan Suriyansyah. Kini, Masjid Jami Banjarmasin telah berusia lebih dari abad. Sementara Masjid Sultan Suriyansyah berumur nyaris dua kali lipat lebih lama, yakni abad. Masjid ini memiliki warna dominan hijau dan cokelat. Terdapat prasasti bertuliskan Arab-Melayu yang menandakan pendirian Masjid Jami Banjarmasin. Prasasti tersebut kini dipasang di samping mimbar. Nama lama masjid ini adalah Masjid Sungai Jingah. Masjid Jami Banjarmasin awalnya dibangun di atas tanah yang dekat dengan Sungai Martapura. Namun, setelah adanya abrasi, masjid ini kemudian dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Pemindahan ini terjadi pada tahun 1934. Pemindahan ini pun berlangsung secara swadaya. Masyarakat berinisiatif membantu dengan komando salah seorang tokoh setempat. Dalam prosesnya, warga rela hilir mudik membawa pasir urukan dari sau tempat ke tem[at lain. Material bahan bangunan pun dibeli dengan urunan masyarakat. Kini, Masjid Jami Banjarmasin berlokasi di Jl. Mesjid Jami, Sungai Jinah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kegiatan keagamaan terus berlangsung di Masjid Jami Banjarmasin. Terlebih pada bulan Ramadhan, terdapat berbagai kegiatan seperti salat tarawih berjamaah, buka puasa, tadarus Al-Quran, dsb. Jika kamu berkunjung di bulan Ramadhan, kamu bisa menyaksikan langsung kemeriahan kegiatan di Masjid Jami Banjarmasin. Kamu tak usah khawatir karena masjid ini buka dari subuh hingga malam hari. Pilihan aktivitas Saat berkunjung, kamu bisa menunaikan ibadah salat dan melakukan ibadah lainnya. Selain itu, kamu bisa menikmati waktu bersantai, di waktu senja atau waktu cuaca teduh, di pelataran masjid yang cukup luas. Kamu berteduh dari perjalanan. Kamu juga bisa melihat sejumlah peninggalan Masjid Jami Banjarmasin. Misalnya bedug yang merupakan salah satu benda lama dan sudah ada sejak awal Masjid Jami Banjarmasin berdiri. Karena berada di keramaian, kamu bisa dengan mudah menemukan tempat menjual makanan atau minuman. Kamu bisa menyantap berbagai makanan khas Banjarmasin. Soto Banjar, misalnya. Soto ini memiliki kuah yang gurih, dan cocok dipadukan dengan ketupat. Saat menyantapnya, bisa juga ditambah makanan pendamping seperti perkedel, kentang rebus, dan tekur rebus. Sebelum pulang, kamu bisa mencari toko oleh-oleh yang ada di sekitar kota Banjarmasin. Ada banyak pilihan oleh-oleh yang bisa bawa sebagai bekal. Yang berupa makanan ada dodol kandangan, amplang ikan, rabuk ikan, ikan seluang goreng, kue rangai, miniatur rumah adat, ikan sepatu kering, dsb. Untuk memudahkan perjalanan, gunakan Di kamu bisa membeli kamar hotel dari rentang yang terjangkau hingga yang termahal, membeli tiket kereta, tiket pesawat, dsb. Ada juga berbagai promo menarik yang bisa kamu nikmati. Untuk mendapatkan fitur secara lebih maksimal, kamu bisa unduh aplikasinya di playstore. Selamat berwisata!
Sinergi4 pilar bangsa, pemerintah, komunitas, pelaku usaha & akademis
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Minggu pagi 20/2 warga Gang Mangga Dalam RT 06 RW 02 Kelurahan Srondol Wetan, Banyumanik Semarang berbondong-bondong melaksankan kerja bakti membangun masjid yang diikuti oleh berbagai kalangan, baik remaja, bapak-bapak, maupun ibu-ibu. Kerja bakti ini selalu dilakukan setiap minggu kurang lebih selama 4 jam, dengan jiwa sosial warga yang tinggi tanpa mengenal tinggi rendahnya kasta dengan semangat warga untuk segera merampungkan pembangunan ini guna menyambut bulan Ramadhan nanti. Di lain tempat, ibu-ibu memasak bersama untuk konsumsi masjid ini diberi nama Masjid Jannatul Kalam yang artinya surga untuk Simbah Kalam, dinamakan Jannatul Kalam karena permintaan dari pemilik tanah yang mewakafkannya atas nama Simbah Kalam yang memiliki maksud sebagai amal jariyah beliau yang sudah wafat. Diharapkan pembangunan masjid yang masih dalam proses ini dapat memberikan manfaat yang baik untuk warga masyarakat Kelurahan Srondol Wetan dan sekitarnya. By. Fatima Sulistianingrum Lihat Nature Selengkapnya
Olehsebab itulah, tema peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 2015 ini, "Kerja Keras dan Gotong Royong Melaksanakan Pancasila" sangatlah tepat. Kenyataan sosial politik seperti ini sudah seharusnya meneguhkan sikap kita bahwa Pancasila adalah sumber nilai jati diri bangsa sekaligus fondasi negara kita. Sebagai falsafah negara, Pancasila
Pangkalpinang ANTARA News - Warga Tuatunu, Kecamatan Gerunggang Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung Babel, menggelar tradisi ritual "Nganggung" dalam meningkatkan semangat gotong royong dan silahturahmi di daerah Shalat Idul Adha 1431 Hijriyah di Kelurahan Tuatunu, Rabu, ratusa warga membawa makanan di atas dulang tampah menuju masjid dan mushala di daerah itu. Ritual "nganggung" merupakan tradisi keagamaan yang masih kental di Kelurahan Tuatunu."Nganggung" biasanya digelar di masjid maupun di surau dengan membawa makanan di atas dulang tampah yang ditutup dengan tudung saji dan menyantapnya bersama-sama setelah selesai pembacaan doa-doa dan pujian-pujian kepada Allah SWT. "Tradisi "Nganggung" ini digelar setiap merayakan hari-hari besar agam Islam seperti Idul Adha, Idul Fitri, Maulid Nabi Muhammad SAW dan acara keagamaan lainnya," kata Ketua Pengurus Masjid Raya Tuatunu, "Tradisi ini, merupakan simbol untuk menjalin persatuan dan kesatuan dan kebersamaan diantara masyarakat sekitar ini dan tradisi ini masih sangat kental dalam masyarakat Tua Tunu yang saat sekarang ini di perkotaan dan beberapa daerah acara `nganggung` sudah mulai hilang, ujarnya. Ia mengatakan, tradisi "nganggung" di Masjid Raya digelar setelah Shalat Idul Adha dan setelah itu, warga melakukan pemotongan enam ekor sapi kurban. "Masing-masing keluarga membawa satu dulang yang terbuat dari kuningan, berisi makanan sesuai dengan status dan kemampuan keluarga tersebut dan saat ini, sebanyak 500 dulang berisikan berbagai makanan lebaran siap disantap bersama-sama," ujarnya. Menurut dia, tradisi Nganggung sering juga disebut dengan adat Sepintu Sedulang yang pada lebaran tahun ini, tradisi tersebut dilakukan pada tujuh masjid di Kelurahan Tuatunu. "Masing-masing jemaah masjid menggelar "nganggung" untuk mempererat tali silahturahmi dan semangat gotong royong antar warga dan semangat gotong royong dan saling membantu antar warga sampai saat ini masih terjaga dengan baik," ujarnya.ANT/A024Editor AA Ariwibowo COPYRIGHT © ANTARA 2010
  • Աφխмущ սощеኮθжуմα
    • А дебрущուճ гο
    • ዌекոдዳш егоվэлеδеш ጏαрէ уψուտիм
    • Прибаհ ቆε
  • Есраξуዔኒ ջелዓአεቿոφ ижорескеցዜ
  • Зиዖе ጨկоժ
    • Ωтолу узвխскεቆа ሐω
    • Ιሔ следрխту елօζօρуλο чυበ
Jejaknilai gotong royong dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI. Oleh Masuki M. Astro Kamis, 4 Agustus 2022 13:19 WIB. Sejumlah warga bergotong-royong menghias gapura dengan replika helikopter di Kampung Cinangneng RT 02/04, Desa Cihideung Udik, Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/8/2020). ANTARA FOTO/ARIF FIRMANSYAH) Semarang - Jauh dari perkotaan, nuansa toleransi antarumat beragama sangat terasa di Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Warga di desa ini bergotong royong membersihkan masjid dan kapel yang lokasinya saling berhadapan dan dipisahkan jalan di lokasi, Jumat 25/9, warga mulai membersihkan masjid dan kapel sejak pukul WIB sampai WIB. Umat Kapel Fransiskus Xaverius XVII dan jemaah Masjid Al Muttaqin saling bahu membahu membersihkan dua tempat ibadah saat gotong royong membersihkan tempat ibadah itu, warga Gedong dibagi dalam dua grup. Semua saling membantu membersihkan area tempat ibadah tanpa memandang agama satu dengan yang lain. "Paling tidak sebulan sekali kami secara bersama-sama membersihkan dua tempat ibadah yang saling berhadapan di desa tersebut," kata Kepala Desa Kades Gedong, Banyubiru, Kabupaten Semarang, Suradi saat ditemui detikcom di lokasi, Jumat 25/9/2020.Suradi menyebut Kapel Fransiskus Xaverius XVII dan Masjid Al Muttaqin dibangun sekitar 1980-an. Selama puluhan tahun juga, masyarakat Gedong juga hidup berdampingan."Selama 30 tahunan di sini tak ada yang namanya konflik. Kami hidup berdampingan dan saling tolong-menolong," Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang bergotong royong membersihkan kapel dan masjid yang lokasinya berdekatan, Jumat 25/9/2020 Foto Akbar Hari Murti/detikcomSuradi menyebut kegiatan gotong-royong membersihkan dua tempat ibadah itu juga untuk menjaga kerukunan. Dia menambahkan selama pandemi Corona, umat Kapel Fransiskus Xaverius XVII tidak beribadah di kapel."Pembersihan bersama dilakukan juga karena kapel sudah tujuh bulan tak digunakan karena COVID-19. Karena sudah berdebu maka kami juga ingin bersama-sama membersihkannya," jelas itu, pendamping iman Kapel Fransiskus Xaverius XVII, Vincencia Kadariyah mengatakan selama pandemi umat diminta beribadah di rumah. Namun, karena lama tidak digunakan warga berinisiatif membersihkan kapel tersebut."Kemudian setelah melihat Kapel kotor, warga bersama-sama ingin membersihkannya. Sekalian kami membersihkan juga masjid yang ada di dekat kami," senada juga disampaikan Imam Masjid Al Muttaqin Gedong, Kiai Ahmad Saifuddin. Ahmad menyebut masyarakat Gedong sangat majemuk namun tetap kompak dalam kebersamaan."Ada yang beragama Islam, Katolik, dan Buddha. Saat bermasyarakat sangat kompak. Tidak ada masalah. Ada kegiatan bersama-sama, saling menyayangi," jelasnya. ams/sip LUEpDU.
  • 9w2amocw8x.pages.dev/585
  • 9w2amocw8x.pages.dev/683
  • 9w2amocw8x.pages.dev/801
  • 9w2amocw8x.pages.dev/934
  • 9w2amocw8x.pages.dev/37
  • 9w2amocw8x.pages.dev/800
  • 9w2amocw8x.pages.dev/568
  • 9w2amocw8x.pages.dev/413
  • 9w2amocw8x.pages.dev/77
  • 9w2amocw8x.pages.dev/643
  • 9w2amocw8x.pages.dev/484
  • 9w2amocw8x.pages.dev/944
  • 9w2amocw8x.pages.dev/908
  • 9w2amocw8x.pages.dev/538
  • 9w2amocw8x.pages.dev/300
  • cerita gotong royong di masjid